Monday, June 16, 2008

Cerpen RATU SEJAGAT

cerpen Iswara
Ratu


Sekalipun gelombang protes menghantamnya bertubi-tubi, Tika tetap ikut kontes ratu-ratuan. Ia menjadi seorang yang kesekian kalinya dihujat dengan tuduhan melecehkan agama setelah goyang sensual penyanyi dangdut dan terbitnya majalah porno terjemahan dari negeri astina. Masyarakat berpikir, setelah lolos seleksi, ia akan ke luar negeri dan memamerkan bikini dengan berpose di bibir kolam.
Juri dalam kontes ini adalah orang-orang yang terpandang dan terhormat. Dalam menilai para kontestan, juri mendapat pengamanan yang sangat ketat. Sekalipun pengamanan juri sangat ketat, tak urung juga nomor telepon juri ada juga yang memberikan sampai ke tangannya. Seorang pelayan, mungkin sopir, yang tampangnya mirip bintang sinetron berkenalan dengannya dan memberikan nomor itu. Katanya itu nomor penting. Beberapa waktu setelah itu ia tahu bahwa nomor itu adalah nomor telepon juri yang bisa ia hubungi bila pun ia mau. Mulanya ia tidak tahu apa yang akan terjadi dengan nomor itu. Tetapi agak lama dibiarkan, dengan sendirinya nomor itu berdering di teleponnya.
Tentu saja di antara jadwalnya yang ketat, ia masih punya waktu luang untuk menelepon dan menerima telepon. Ketatnya jadwal membuatnya menggeliat mencari waktu luang agar ia dapat ia melepas penat dari nasehat jagoan-jagoan catwalk, bicara tentang personalitas, tata krama di meja makan, dan pelajaran-pelajaran penting tentang berbusana.
Sementara itu kru televisi-televisi swasta mengambil kontes ratu ini sebagai bagian dari konsumsi publik yang penting untuk disiarkan.
Akhirnya suatu ketika dapat juga Tika keluar dengan juri itu. Tika berpikir kencannya kali ini adalah istimewa. Ia tahu benar bahwa juri ini adalah seorang figur publik yang berperan penting. Mungkin ia akan memompa kariernya di bidang lain setelah kontes melelahkan ini berakhir.
Ia tahu pacarnya juga tidak akan marah. Pacarnya akhirnya mengizinkannya juga ikut kontes ratu. Ia berhasil membujuk pacarnya karena bila ia dinobatkan sebagai ratu, pacarnya tentu akan naik daun menjadi pangeran negeri dongeng dan terpampang di media selebritis di seluruh negeri. Untung ia tidak sempat mengancam putus, sebab itu juga yang akan ia lakukan bila pacarnya melarang-larang melakukan pekerjaannya. Di zaman modern ini semua perempuan sudah ikut emansipasi, seperti negeri amarta. Kenyataannya ia akan putuskan juga pacarnya bila ia sudah terkenal nanti. Jika sudah terkenal, masalah laki-laki adalah masalah enteng. Ia bisa memilih selebritis yang ia sukai dan berganti-ganti pacar seperti berganti baju selepas bosan dengan satu lelaki.
Akhirnya bertemu juga ia dengan Mas Bagong, juri kontes ratu negeri yang berwajah tampan ini.
Ternyata Mas Bagong orangnya luwes, ramah, dan begitu memperhatikan orang lain. Belum apa-apa Tika sudah disambutnya seperti seorang putri. Ia sangat terhormat dengan dandanannya yang modis. Tika diajaknya makan malam tanpa diketahui seorang pun, bahkan dari kalangan wartawan.
Mulanya Tika agak grogi juga berhadapan dengan seorang master etiket di meja makan. Sedikit banyak, pertemuan ini akan mempengaruhi penilaiannya juga dalam kontes ratu-ratuan ini. Salah mengambil garpu akan mengurangi nilainya pada saat kontes. Tetapi ternyata Mas Bagong tidak memperlihatkan lagak penilaian. Ia berbicara sangat lepas layaknya seorang teman lama yang akrab. Sampai ia kaget ketika Mas Bagong berbicara satu hal.
“Tika, maukah kamu saya setubuhi? Kalau kamu mau, kamu akan saya tambah nilainya.”
Tika seperti perempuan yang dilamar, diam bebarapa saat. Rasa terkejutnya, sebagaimana biasa harus ditutupi. Tika tercenung dengan pertanyaan Mas Bagog yang begitu langsung, begitu lugas. Tetapi waktu hanyalah berdetaknya jam yang menghabiskan kesempatan hingga waktu berpikirnya habis. Ia harus menjawab pertanyaan juri yang paling ekstrem sekalipun dengan sebuah jawaban diplomatis. Tika menimbang-nimbang sebuah jawaban.
“Bener nih, kalau ml, saya akan dimenangkan?”
“Iya. Itu bisa diusahakan.”
“Di mana bisanya ada acara?”
“Itu bisa diatur.”
Demikianlah pembicaraan lainnya menjadi tidak begitu penting karena Mas Bagong memang selalu mengingatkan untuk menjaga etiket seorang putri bagi seorang wakil pariwisata seperti Tika.
Setelah perjamuan itu, siang dan malam adalah tagihan janji bagi Tika. Ia tak bisa mengabaikan pembicaraan dalam pertemuan itu. Ia begitu ingat bahwa ajakan untuk bercinta akan segera datang. Jiwanya menari dan sebuah lagu didendangkannya, “making love, out of nothing at all…making love….”
Peristiwa percintaan ini berjalan dengan begitu rapi. Setelah teleponnya berdering, Tika diingatkan bahwa ia akan segera dijemput untuk janji itu. Mobil melesat di jalan dan masuk ke area parkir hotel. Tika melangkah menuju kamar yang sudah diketahuinya. Pintu kamar dimasukinya setelah mengetuk sebagai tanda kedatangannya. Didapatinya makanan dan minuman terhidang di meja kamar, begitu menarik dan menggugah selera. Di dalam kamar itu orang yang sudah dikenalnya dengan sopan menunggu. Pintu dikunci dan Tika mendapati mendapati dirinya bersantai di ruangan yang nyaman itu. Semuanya berjalan dengan sangat rapi karena naluri seekor burung yang telah tanak birahinya hinggap di jiwanya. Naluri ini idak akan meleset sebagaimana biasanya.
Maka Tika pun menikmati cintanya seperti menikmati manisnya sirup di siang hari.
Beberapa saat setelah itu Mas Bagong terpuruk lemah setelah melepaskan cintanya ke dalam tubuh Tika. Mas Bagong bergumam dan rayuannya menjadi asam seperti getah yang lengket di tubuh.
“Tika, kamu sangat cantik ketika bercinta. Begitu pro! Kamu seperti putri yang baru mengenal cinta.”
Tika mengetahui rayuan itu. Tika membalas dengan senyuman. “Jadi Tuan sangat puas dengan pelayananku?”
Mas Bagong kini berganti menyeringai, “Tetapi aku tidak janji kamu jadi juara.”
“Kenapa?”
“Karena mungkin peserta lain juga memberi tubuhnya kepada juri lain.”
“Kalau begitu, rugi aku memberikan tubuhku.”
“Ee… jangan begitu, dong, Sayang.”
“Pokoknya aku akan adukan...” Walau marah, Tika tetap seperti kucing yang manja.
“Tak ada bukti, Nona Manis. Kondom sudah aku amankan ke tempat sampah.”
“Dasar kau.”
Akhirnya keduanya berpisah. Tika meninggalkan ruangan hotel tempat Mas Bagong masih terpuruk. Mas Bagong malas untuk segera mandi setelah bercinta. Ketika Tika melangkah ke pelataran parkir, mobil itu telah siap mengantarnya kembali ke karantina. Tika tak tahu mestikah ia mengingat cinta yang begitu berarti bagi kariernya ataukah melupakannya seperti mimpi sesaat.
Hari-hari Tika pun kembali seperti sedia kala. Kesibukannya dengan persaingan kontes ratu meliputi dirinya. Ia mungkin telah menjual sesuatu dengan harga yang begitu rendahnya untuk sesuatu yang tidak ada prospeknya di masa depan.
Tika memang sampai ke final. Dalam suasana final kontes ratu negeri ini semua penonton mengelu-elukannya. Di antara mereka, hampir semuanya mengirimkan pooling SMS untuk setiap kontestan yang didukungnya. Sekalipun di antara sepuluh finalis hanya ada satu yang juara, ada pula ratu favorit versi pemirsa.
Ia melihat pendukungnya melambai-lambai dan melonjak-lonjak ke arahnya. Tidak hanya dirinya yang akan kecewa bila ia jatuh dari kursi juara satu, tetapi sebagian pendukungnya yang bertaruh melalui SMS pun akan kecewa dengan kejatuhannya dari kursi ratu. Semua memang bisa terjadi. Tika bisa saja menang kontes ini atau pun gugur seperti yang lain. Ia melihat pacarnya pun ada di antara para pendukung yang melambai ke arahnya. Ia memberi dukungan penuh kepada Tika.
Tika ingat, pacarnya itu pernah juga meminta seperti yang diminta Mas Bagong. Tetapi Tika tak pernah memberinya. Ia memang tak pernah memberikan dirinya kepada calon suaminya. Tanpa banyak diketahui orang, bahkan tanpa diketahui pacarnya, ia telah disentuh pacarnya yang dulu sewaktu di sekolah menengah. Ia memang telah tuna, tetapi ia mesti melupakan peristiwa itu. Ia mesti berbuat seperti tidak ada peristiwa penting. Ia harus tetap alim dan tidak menyesali semuanya.
Dengan lagaknya demikian, ia telah cukup menutupi lukanya. Tika memang terluka dan telah sembuh dari lukanya. Tetapi dengan luka ini, kini tidak ada lagi yang dapat melarangnya dari ikut kontes ratu negeri atau bercinta dengan lekaki sesaat yang tak akan menjadi suaminya.
Malam ini, penentuan juara dari para finalis akan segera ditentukan. Penangkaran para calon ratu ini akan segera berakhir. Wakil dari juri tengah berjalan ke atas podium untuk mengumumkan juara satu. Seorang peragawan berjalan perlahan, hilir-mudik di antara para kontestan sambil mengunjukkan mahkota kontes ratu negeri di hadapan hadirin dan para finalis.
Siapakah yang akan juara?***

Iswara
Sumedang

0 comments: